Kamis, 20 Juni 2013

ASKEP JANTUNG KORONER

BAB I
Pendahuluan
A.    Latar Belakang
            Pembuluh darah koroner merupakan penyalur aliran darah (membawa 02 dan makanan yang dibutuhkan miokard agar dapat berfusi dengan baik. penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah salah satu akibat utama arteriosklerosis (pengerasan pembuluh darah nadi) yang dikenal sebagai atherosclerosis. Pada keadaan ini pembuluh darah nadi menyempit karena terjadi endapan-endapan lemak (atheroma dan plaques) pada dindingnya.
            Faktor-faktor resiko untuk terjadinya keadaan ini bisa disebabkan karena kebiasaan merokok, tekanan darah tinggi, peninggian nilai kolesterol dalam darah, kegemukan, stress, diabetes mellitus dan riwayat keluarga yang kuat untuk.. Dengan bertambahnya umur penyakit ini akan lebih sering ada. pria mempunyai resiko lebih tinggi dari pada wanita, tetapi perbedaan ini dengan meningkatnya umur akan makin lama makin kecil.
Faktor-faktor resiko PJK.
Faktor-faktor resiko penyakit jantung koroner dikenal sejak lama berupa:
1. Hipertensi
2. Kolesterol darah
3. Merokok
4. Diet
5. Usia
6. Sex
7. Kurang latihan
8. Turunan




            Pada tahun 1772 Herbeden menemukan suatu sindroma gangguan pada dada berupa perayaan nyeri terlebih-lebih waktu berjalan, mendaki atau segera sesudah makan. Sebenarnya perasaan nyeri seperti ini tidak saja disebabkan oleh kelainan organ didalam toraks, akan tetapi dapat juga berasal dari otot, syaraf, tulang dan faktor psikis. Dalam kaitannya dengan jantung sindroma ini disebut Angina Pectoris,yang disebabkan oleh karena ketidak seimbangan antara kebutuhan oksigen miokard dengan penyediaannya.
PJK merupakan penyakit terbesar pada usia 65 Tahun keatas di seluruh dunia kematian lebih banyak di negara berkembang. Di Dunia didapatkan 50 juta kematian tiap tahun, 39 juta terdapat di negara sedang berkembang. PJK merupakan 50% sebab kematian di negara Industri maju dan ¼ kematian di negara berkembang.Pada Populasi ditemukan 20 % pada Pria dan 12 % pada wanita.




















BAB II
Pembahasan

A.    Pengertian
Arteri koroner adalah pembuluh darah di jantung yang berfungsi menyuplai makanan bagi sel-sel jantung. Penyakit jantung koroner terjadi bila pembuluh arteri koroner tersebut tersumbat atau menyempit karena endapan lemak, yang secara bertahap menumpuk di dinding arteri. Proses penumpukan itu disebut aterosklerosis, dan bisa terjadi di pembuluh arteri lainnya, tidak hanya pada arteri koroner.
Kurangnya pasokan darah karena penyempitan arteri koroner mengakibatkan nyeri dada yang disebut angina, yang biasanya terjadi saat beraktivitas fisik atau mengalami stress. Bila darah tidak mengalir sama sekali karena arteri koroner tersumbat, penderita dapat mengalami serangan jantung yang mematikan. Serangan jantung tersebut dapat terjadi kapan saja, bahkan ketika Anda sedang beristirahat.
Penyakit jantung koroner juga dapat menyebabkan daya pompa jantung melemah sehingga darah tidak beredar sempurna ke seluruh tubuh (gagal jantung). Penderita gagal jantung akan sulit bernafas karena paru-parunya dipenuhi cairan, merasa sangat lelah, dan bengkak-bengkak di kaki dan persendian.
Penyakit jantung koroner/ penyakit arteri koroner (penyakit jantung artherostrofik) merupakan suatu manifestasi khusus dan arterosclerosis ( ketidaknormalan dan  penebalan garis arteri jantung) pada arteri koroner. Unsur lemak yang disebut palque dapat terbentuk didalam arteri, menutup dan membuat aliran darah dan oksigen yang dibawanya menjadi kurang untuk disuplai ke otot jantung. Plaque terbentuk pada percabangan arteri yang ke arah aterion kiri, arteri koronaria kanan dan agak jarang pada arteri sirromflex. Aliran darah ke distal dapat mengalami obstruksi secara permanen maupun sementara yang di sebabkan oleh akumulasi plaque atau penggumpalan. Sirkulasi kolateral berkembang di sekitar obstruksi arteromasus yang menghambat pertukaran gas dan nutrisi ke miokardium. Kegagalan sirkulasi kolateral untuk menyediakan supply oksigen yang adekuat ke sel yang berakibat terjadinya penyakit arteri koronaria, gangguan aliran darah karena obstruksi tidak permanen (angina pektoris dan angina preinfark) dan obstruksi permanen (miocard infarct) Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Dep.kes, 1993.
                                                       
B.     Etiologi
Penyakit jantung koroner adalah suatu kelainan yang disebabkan oleh penyempitan atau penyumbatan arteri yang mengalirkan darah ke otot jantung. Penyakit jantung koroner adalah ketidak seimbangan antara demand dan supplay atau kebutuhan dan penyediaan oksigen otot jantung dimana terjadi kebutuhan yang meningkat atau penyediaan yang menurun, atau bahkan gabungan diantara keduanya itu, penyebabnya adalah berbagai faktor. Denyut jantung yang meningkat, kekuatan berkontraksi yang meninggi, tegangan ventrikel yang meningkat, merupakan beberapa faktor yang dapat meningkatkan kebutuhan dari otot-otot jantung. Sedangkan faktor yang mengganggu penyediaan oksigen antara lain, tekanan darah koroner meningkat, yang salah satunya disebabkan oleh artheroskerosis yang mempersempit saluran sehingga meningkatkan tekanan, kemudian gangguan pada otot regulasi jantung dan lain sebagainya.
Manifestasi klinis dan penyakit jantung koroner ada berbagai macam, yaitu iskemia mycocard akut, gagal jantung disritmia atau gangguan irama jantung dan mati mendadak (Margaton, 1996).

Faktor Resiko Penyaakit Jantung Koroner :
a)      Kadar Kolesterol Tinggi.
Penyebab penyakit jantung koroner adalah endapan lemak pada dinding arteri koroner, yang terdiri dari kolesterol dan zat buangan lainnya. Untuk mengurangi risiko penyakit jantung koroner, Anda harus menjaga kadar kolesterol dalam darah. Kolesterol adalah senyawa lemak kompleks yang secara alamiah dihasilkan tubuh dan bermanfaat bagi pembentukan dinding sel dan hormon. Dua pertiga kolesterol diproduksi oleh hati (liver), sepertiga lainnya diperoleh langsung dari makanan. Kolesterol diedarkan dalam darah melalui molekul yang disebut lipoprotein. Ada dua jenis lipoprotein, yaitu low-density lipoprotein (LDL), and high-density lipoprotein (HDL).
LDL mengangkut kolesterol dari hati ke sel-sel tubuh. HDL berfungsi sebaliknya, mengangkut kelebihan kolesterol ke hati untuk diolah dan dibuang keluar. LDL yang berlebihan dapat menyebabkan penumpukan kolesterol pada dinding arteri sehingga disebut “kolesterol jahat”. Kadar LDL yang optimal adalah 100- 129 mg/dL. Kelebihan LDL menyebabkan HDL “kewalahan” membuang kolesterol yang berlebih. Total kolesterol yang dianjurkan (HDL + LDL) adalah di bawah 200 mg/dL (border line = 240).
Tekanan darah tinggi menambah kerja jantung sehingga dinding jantung menebal/kaku dan meningkatkan risiko penyakit jantung koroner.
Ada dua pengukuran tekanan darah. Tekanan sistolik adalah tekanan darah yang memancar dari jantung ke seluruh tubuh. Tekanan diastolik adalah tekanan darah yang kembali mengisi jantung. Secara umum orang dikatakan menderita hipertensi bila tekanan darah sistolik/diastoliknya di atas 140/90 mmHg.
c)      Trombosis
Trombosis adalah gumpalan darah pada arteri atau vena. Bila trombosis terjadi pada pembuluh arteri koroner, maka Anda berisiko terkena penyakit jantung koroner. Trombosis biasanya berada pada dinding pembuluh yang menebal karena aterosklerosis. Merokok meningkatkan risiko trombosis hingga beberapa kali lipat.
d)     Kegemukan
Kegemukan (obesitas) meningkatkan risiko tekanan darah tinggi dan diabetes. Orang yang kegemukan juga cenderung memiliki kadar HDL rendah/LDL tinggi.
e)      Diabetes mellitus.
Diabetes meningkatkan risiko penyakit jantung koroner, terlebih bila kadar gula darah tidak dikontrol dengan baik. Dua pertiga penderita diabetes meninggal karena penyakit jantung dan gangguan kardiovaskuler lainnya.
f)        Penuaan
Resiko penyakit jantung koroner meningkat seiring usia. Semakin tua, semakin menurun efektivitas organ-organ tubuh, termasuk sistem kardiovaskulernya. Lebih dari 80 persen penderita jantung koroner berusia di atas 60 tahun. Laki-laki cenderung lebih cepat terkena dibandingkan perempuan, yang risikonya baru meningkat drastis setelah menopause.
g)      Keturunan
Risiko Anda lebih tinggi bila orang tua Anda juga terkena penyakit jantung koroner, terlebih bila mulai mengidap di usia kurang dari 60 tahun.
C.     Patofisiologi
Penyakit jantung koroner terjadi bila ada timbunan (PLAK) yang mengandung lipoprotein, kolesterol, sisa-sisa jaringan dan terbentuknya kalsium pada intima, atau permukana bagian dalam pembuluh darah. Plak ini membuat intima menjadi kasar, jaringan akan berkurang oksigen dan zat gizi sehingga menimbulkan infark, penyakit jantung koroner menunjukkan gejala gizi terjadi infark miokard atau bila terjadi iskemia miokard seperti angina pectori. Kolesterol serum dibawa oleh beberapa lipoprotein yang diklasifikasikan menurut densitasnya. Lipoprotein dalam urutan densitas yang meningkat adalah kilomikron. VLDL (Very Low Density Lopoprotein). LDL (low Density Lipoprotein) dan HDL (High Density Lipoprotein) membawa hampir seluruh kolesterol dan merupakan yang paling aterojenik. HDL menurunkan resiko penyakit jantung ke hati, tempat kolesterol di metabolisme dan di ekskresikan. Orang dewasa dapat diklasifikasikan sebagai beresiko penyakit jantung koroner berdasarkan jumlah total dan kadar kolesterol LDL-nya (Moore, 1997).


D.    Pemeriksaan Diagnostik

1.   Tes Laboratorium
Tes laboraturium dilakukan untuk alasan berikut ini :
a.    Membantu diagnosa infaks miokard akut (angina pectoris yaitu nyari dada akibat kekurangan supla darah kejantung, tidak dapat ditegakkan dengan pemeriksaan darah maupun urine).
b.   Mengukur abnormalitas kimia darah yang dapat mempengaruhi proknosis pasien jantung
c.    Mengkaji derajat proses radang.
d.   Skrining factor resiko yang berhubungan dengan adanya penyakit arteri koronaria, arteroklerotik.
e.    Menentukan nilai dasar sebelum intervensi terapeutik
f.    Mengkaji kadar serum obat.megkaji efek pengobatan (misalnya efek diuretika pada kadar kalium serum).
g.   Krining terhadap setiap abnormalitas. Karena terdapat berbagai metode pengukuran yan berbeda. Maka nilai normal dapat berbada antara satu tes laboraturium dengan tes lainnya.

2.   Enzim jantung
Analisis enzim jantung dalam plasma merupakan bagian dari profil diagnostic.Yang meliputi riwayat, gejala, dan elekrokardiogram.Untuk mendignosa infaks miokard.enzim dilepaskan dari sel mengalami cedera dan membrannya pecah.Kebanyakan enzim tidak sfesifik dalam hubungannya dengan organ tertentu yang rusak.Namun berbagai isoenzim hanya dihasilkan oleh sel miokardium dan dilepaskan bila sel mengalami kerusakan akibat hipoksia lama dan mengakibatkan infark. Isoenzim bocor ke rongga intrtisial miokardium da kemdian diankut ke peredaran darah umum oleh system limfa dan peredaan koronaria, mengakibatkan peningkatan kadar dalam darah.Karena enzim yang berbeda dilepaskan kedalam darah pada periode yang berbeda setelah infark miokard. Maka sangat penting mengevaluasi kadar enzim yang dihubungkan dengan waktu awitan nyeri dada atau gejala lainnya. Kreatinin kinase(CK) dan isoenzimnya (CK-MB) adalah enzim paling spesifik yang dianalisa untuk mendiagnosa infark jantung akut, dan merupakan enzim pertama yang meningkat.

3.   Kimia darah
Profil Lemak, kolestrol total, dan lipoprotein diukur untuk mengevaluasi risiko aterosklerotik, khususnya ada bila riwayat keluarga yang positif, atau untuk mndiagnosa abnormalias lipoprotein tertentu. Kolestrol serum total yang meningkat di atas 200 mg/ml merupakan predictor peningkatan risiko penyakit jantung koroner (CAD).
Elektrolit Serum, elektrolit serum dapat mempengaruhi prognosis pasien dengan infark miokard akut atau setiap kondisi jantung. Natriun serum mencermikan kseimbangan cairan relatip.Secara umum, hiponatremia menunjukan kekurangan cairan.Kalsium sngat penting untuk koagulasi darah dan aktivitas neuromuskuler Hipokalsemiar dan hiperkalsemia dapat menyebabkan perubahan EKG dan disritania.
Nitrogen Urea Darah, nitrogen urea darah (BUN) adalah produk akhir metabolisme potein dan diekskresikan oleh ginjal. Pada pasien jantung peningkatan BUN dapat mencermikan penurunan perpusi ginjal akibat penurunan curah jantung atau pengurangan volume cairan intravaskuler akibat terapi diureakan.
Glukosa, glukosa serum harus dipantau karena kebanyakan pasien jantung juga menderita serum diabetes mellitus. Glukosa serum sedikit meningkat pada keadaan stress akibat mobilisasi epinetrin endogen yang menyebabkan konversi glikogen hepar menjadi glukosa.   

4.   Sinar-X dada dan fluoruskopi
Pemeriksaan sinar-x dilakukan untuk menetukan ukuran.Kontur dan posisi jantung.Pemeriksaan ini dapat memperlihatkan adanya kalsitikasi jantung dan pericardial dan menunjukan adanya perubahan fisiologis sirkulasi pulmonary. Pemeriksaan ini tidak membantu diagnosa infark miokard akut, namun dpat menguatkan adanya komplikasi tertentu (misalnya, gagal jantung kongestif ). Pemasanga kateter, seperti pacu jantungtau kateter arteri pulmonal dapat juga dilihat dilihat melalui pemeriksan sinar-x.

5.   Elektrokardiografi
Elektrokardiogram (EKG) mencermikan aktivitas listrik jantung yang disadap dari berbagai sudut pada permukaan kulit.

E.     Penatalaksanaan

1.      Nitrat
2.      Obat pertama dipilih untuk mengurangi angina pectoris
3.      Penghambat beta-adrenergik dan agen penyekat saluran kalsium. Jika nitrat    gagal untuk mengontrol serangan.
4.      Modifiksi diet (mengurangi makan yng mengandung lemak dan rendah kolesterol)
5.      Obat-obatan penirunan lemak dalam serum jika tindakan diet gagal dalam mempertahankan kadar kolesterol dalam darah kurang dari 200mg/dL;
·      agen yang membatasi produksi lipoprotein, yaitu asam nikotinik (niacin) dan klofibrat (Atromi-S)
·      agen yang mempercepat pembuangan lipoprotein, yaitu kolestiramin (Questran)
F.      Pengobatan
Pengobatan penyakit jantung koroner tergantung jangkauan penyakit dan gejala yang dialami pasien.
1.         Perubahan Gaya Hidup
Pola makan sehat dan seimbang, dengan lebih banyak sayuran atau buah-buahan, penting untuk melindungi arteri jantung kita. Makanan yang kaya lemak, khususnya lemak jenuh, dapat mengakibatkan kadar kolesterol tinggi, yang merupakan komponen utama kumpulan yang berkontribusi terhadap penyempitan arteri jantung.
Olah raga teratur berperan penting untuk menjaga kesehatan jantung. Olah raga membantu kita untuk menjadi fit dan membangun system sirkulasi yang kuat. Ini juga membantu kita menurunkan berat badan. Obesitas biasanya tidak sehat, karena mengakibatkan insiden hipertensi, diabetes mellitus, dan tingkat lemak tinggi menjadi lebih tinggi, semua yang dapat merusak arteri jantung.

2.         Pengendalian factor resiko utama penyakit jantung koroner
Diabetes melitus, merokok, tingkat kolesterol tinggi, dan tekanan darah tinggi adalah empat faktor utama yang mengakibatkan resiko penyakit jantung koroner lebih tinggi.
Pengendalian keempat factor resiko utama ini dengan baik melalui perubaha gaya hidup dan/atau obat-obatan dapat membantu menstabilkan progresi atherosklerosis,dan menurunkan resiko komplikasi seperti serangan jantung.
3.         Terapi Medis 

Berbagai obat-obatan membantu pasien dengan penyakit arteri jantung. Yang paling umum diantaranya:
·      Aspirin / Klopidogrel / Tiklopidin.
Obat-obatan ini mengencerkan darah dan mengurangi kemungkinan gumpalan darah terbentuk pada ujung arteri jantung menyempit, maka dari itu mengurangi resiko serangan jantung.

·      Beta-bloker (e.g. Atenolol, Bisoprolol, Karvedilol).
Obatan-obatan ini membantu untuk mengurangi detak jantung dan tekanan darah, sehingga menurunkan gejala angina juga melindungi jantung.

·      Nitrates (e.g. Isosorbide Dinitrate).
Obatan-obatan ini bekerja membuka arteri jantung, dan kemudian meningkatkan aliran darah ke otot jantung dan mengurangi gejala nyeri dada. Bentuk nitrat bereaksi cepat, Gliseril Trinitrat, umumnya diberikan berupa tablet atau semprot di bawah lidah, biasa digunakan untuk penghilang nyeri dada secara cepat.

·      Angiotensin-Converting Enzyme Inhibitors (e.g. Enalapril, Perindopril) and Angiotensin Receptor Blockers (e.g. Losartan, Valsartan).
Obatan-obatan ini memungkinkan aliran darah ke jantung lebih mudah, dan juga membantu menurunkan tekanan darah.

·      Obatan-obatan penurun lemak (seperti Fenofibrat, Simvastatin, Atorvastatin, Rosuvastatin).
Obatan-obatan ini menurunkan kadar kolesterol ‘jahat’ (Lipoprotein Densitas-Rendah), yang merupakan salah satu penyebab umum untuk penyakit jantung koroner dini atau lanjut. Obat-obatan tersebut merupakan andalan terapi penyakit jantung koroner.















BAB III
Asuhan Keperawtan
No
Diagnosa
Intervensi
Rasional
1.
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan peningkatan permeabilitas alveoli.


Kaji bunyi paru, frekuensi napas,kedalaman dan usaha.
Pantau saturasi  O2dengan oksimeter nadi.
Pantau status mental ex : tngkat kesadaran.


Gangguan pertukaran gas akan terkurangi yang dibuktikan dengan status pernapasan : pertukaran gas dan status pernafasan : ventilasi tidak bermasalah.


2.
Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen miokard.
Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan nafsu makan.





Bantu pasien/keluarga untuk memonitor sendiri kemajuannya terhadap tujuan yang ingin dicapai.
Bantu dengan aktifitas fisik teratur, ex :ambulansi, transfer, berpindah dan perawatan pribadi (sesuai kebutuhan).
Pasien mampu aktif untuk memulai dan memelihara aktifitas dan mampu beraktivitas.



3.
Menurun sekunder terdadap pola nafas yang tidak efektif.
Mempertahankan berat badan.
Menjelaskan komponen keadekuatan diet bergizi

Bantuan menaikkan berat badan : fasilitasi pencapaian kenaikan berat badan.
Tentukan motivasi pasien untuk mengubah kebiasaan makan.
Timbang pasien pada interval yang tepat.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar