BAB
I
Pendahuluan
A. Latar
Belakang
Pembuluh darah koroner merupakan penyalur aliran darah
(membawa 02 dan makanan yang dibutuhkan miokard agar dapat berfusi dengan baik.
penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah salah satu akibat utama arteriosklerosis
(pengerasan pembuluh darah nadi) yang dikenal sebagai atherosclerosis.
Pada keadaan ini pembuluh
darah nadi menyempit karena terjadi endapan-endapan lemak (atheroma dan
plaques) pada dindingnya.
Faktor-faktor resiko untuk terjadinya keadaan ini
bisa disebabkan karena kebiasaan merokok,
tekanan darah tinggi, peninggian nilai kolesterol dalam
darah, kegemukan,
stress, diabetes mellitus
dan riwayat keluarga yang kuat untuk.. Dengan bertambahnya umur penyakit ini akan lebih
sering ada. pria mempunyai resiko lebih tinggi dari pada wanita, tetapi
perbedaan ini dengan meningkatnya umur akan makin lama makin kecil.
Faktor-faktor
resiko PJK.
Faktor-faktor
resiko penyakit jantung koroner dikenal sejak lama berupa:
1.
Hipertensi
2.
Kolesterol darah
3.
Merokok
4.
Diet
5.
Usia
6.
Sex
7.
Kurang latihan
8.
Turunan
Pada tahun 1772 Herbeden menemukan suatu sindroma
gangguan pada dada berupa perayaan nyeri terlebih-lebih waktu berjalan, mendaki
atau segera sesudah makan. Sebenarnya perasaan nyeri seperti ini tidak saja
disebabkan oleh kelainan organ didalam toraks, akan tetapi dapat juga berasal
dari otot, syaraf, tulang dan faktor psikis. Dalam kaitannya dengan jantung
sindroma ini disebut Angina Pectoris,yang disebabkan oleh karena ketidak
seimbangan antara kebutuhan oksigen miokard dengan penyediaannya.
PJK merupakan penyakit terbesar pada usia 65 Tahun
keatas di seluruh dunia kematian lebih banyak di negara berkembang. Di Dunia
didapatkan 50 juta kematian tiap tahun, 39 juta terdapat di negara sedang
berkembang. PJK merupakan 50% sebab kematian di negara Industri
maju dan ¼ kematian di negara berkembang.Pada Populasi ditemukan 20 % pada Pria
dan 12 % pada wanita.
BAB II
Pembahasan
A. Pengertian
Arteri koroner adalah pembuluh darah di jantung yang
berfungsi menyuplai makanan bagi sel-sel jantung. Penyakit jantung koroner terjadi bila pembuluh arteri
koroner tersebut tersumbat atau menyempit karena endapan lemak, yang secara
bertahap menumpuk di dinding arteri. Proses penumpukan itu disebut aterosklerosis, dan bisa terjadi di pembuluh arteri
lainnya, tidak hanya pada arteri koroner.
Kurangnya pasokan darah karena penyempitan arteri koroner
mengakibatkan nyeri dada yang disebut angina, yang biasanya terjadi saat
beraktivitas fisik atau mengalami stress. Bila darah tidak mengalir sama sekali
karena arteri koroner tersumbat, penderita dapat mengalami serangan jantung
yang mematikan. Serangan jantung tersebut dapat terjadi kapan saja, bahkan
ketika Anda sedang beristirahat.
Penyakit jantung koroner juga dapat menyebabkan daya pompa jantung
melemah sehingga darah tidak beredar sempurna ke seluruh tubuh (gagal jantung).
Penderita gagal jantung akan sulit bernafas karena paru-parunya dipenuhi
cairan, merasa sangat lelah, dan bengkak-bengkak di kaki dan persendian.
Penyakit jantung koroner/ penyakit arteri koroner
(penyakit jantung artherostrofik) merupakan suatu manifestasi khusus dan
arterosclerosis ( ketidaknormalan dan penebalan
garis arteri jantung)
pada arteri koroner. Unsur lemak yang disebut palque dapat terbentuk didalam
arteri, menutup dan membuat aliran darah dan oksigen yang dibawanya menjadi
kurang untuk disuplai ke otot jantung. Plaque terbentuk pada percabangan arteri
yang ke arah aterion kiri, arteri koronaria kanan dan agak jarang pada arteri
sirromflex. Aliran darah ke distal dapat mengalami obstruksi secara permanen
maupun sementara yang di sebabkan oleh akumulasi plaque atau penggumpalan.
Sirkulasi kolateral berkembang di sekitar obstruksi arteromasus yang menghambat
pertukaran gas dan nutrisi ke miokardium. Kegagalan sirkulasi kolateral untuk
menyediakan supply oksigen yang adekuat ke sel yang berakibat terjadinya
penyakit arteri koronaria, gangguan aliran darah karena obstruksi tidak
permanen (angina pektoris dan angina preinfark) dan obstruksi permanen (miocard
infarct) Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Dep.kes, 1993.
B.
Etiologi
Penyakit jantung koroner adalah suatu
kelainan yang disebabkan oleh penyempitan atau penyumbatan arteri yang
mengalirkan darah ke otot jantung. Penyakit jantung koroner adalah ketidak
seimbangan antara demand dan supplay atau kebutuhan dan penyediaan oksigen otot
jantung dimana terjadi kebutuhan yang meningkat atau penyediaan yang menurun,
atau bahkan gabungan diantara keduanya itu, penyebabnya adalah berbagai faktor.
Denyut jantung yang meningkat, kekuatan berkontraksi yang meninggi, tegangan
ventrikel yang meningkat, merupakan beberapa faktor yang dapat meningkatkan
kebutuhan dari otot-otot jantung. Sedangkan faktor yang mengganggu penyediaan
oksigen antara lain, tekanan darah koroner meningkat, yang salah satunya
disebabkan oleh artheroskerosis yang mempersempit saluran sehingga meningkatkan
tekanan, kemudian gangguan pada otot regulasi jantung dan lain sebagainya.
Manifestasi
klinis dan penyakit jantung koroner ada berbagai macam, yaitu iskemia mycocard
akut, gagal jantung disritmia atau gangguan irama jantung dan mati mendadak
(Margaton, 1996).
Faktor Resiko Penyaakit Jantung Koroner :
a)
Kadar Kolesterol
Tinggi.
Penyebab penyakit jantung koroner adalah endapan lemak pada dinding
arteri koroner, yang terdiri dari kolesterol
dan zat buangan lainnya. Untuk mengurangi risiko penyakit jantung koroner, Anda
harus menjaga kadar kolesterol dalam darah. Kolesterol adalah senyawa lemak
kompleks yang secara alamiah dihasilkan tubuh dan bermanfaat bagi pembentukan
dinding sel dan hormon. Dua pertiga kolesterol diproduksi oleh hati (liver),
sepertiga lainnya diperoleh langsung dari makanan. Kolesterol diedarkan dalam
darah melalui molekul yang disebut lipoprotein. Ada dua jenis lipoprotein,
yaitu low-density lipoprotein (LDL), and high-density lipoprotein (HDL).
LDL mengangkut kolesterol dari hati ke sel-sel tubuh. HDL berfungsi
sebaliknya, mengangkut kelebihan kolesterol ke hati untuk diolah dan dibuang
keluar. LDL yang berlebihan dapat menyebabkan penumpukan kolesterol pada
dinding arteri sehingga disebut “kolesterol jahat”. Kadar LDL yang optimal
adalah 100- 129 mg/dL. Kelebihan LDL menyebabkan HDL “kewalahan” membuang
kolesterol yang berlebih. Total kolesterol yang dianjurkan (HDL + LDL) adalah
di bawah 200 mg/dL (border line = 240).
Tekanan darah tinggi menambah kerja jantung sehingga dinding jantung
menebal/kaku dan meningkatkan risiko penyakit jantung koroner.
Ada dua pengukuran tekanan darah. Tekanan sistolik adalah tekanan
darah yang memancar dari jantung ke seluruh tubuh. Tekanan diastolik adalah
tekanan darah yang kembali mengisi jantung. Secara umum orang dikatakan
menderita hipertensi bila tekanan darah sistolik/diastoliknya di atas 140/90
mmHg.
c) Trombosis
Trombosis adalah gumpalan darah pada arteri atau vena. Bila
trombosis terjadi pada pembuluh arteri koroner, maka Anda berisiko terkena
penyakit jantung koroner. Trombosis biasanya berada pada dinding pembuluh yang
menebal karena aterosklerosis. Merokok meningkatkan risiko trombosis hingga
beberapa kali lipat.
d)
Kegemukan
Kegemukan (obesitas) meningkatkan risiko tekanan darah tinggi dan
diabetes. Orang yang kegemukan juga cenderung memiliki kadar HDL rendah/LDL
tinggi.
Diabetes meningkatkan risiko penyakit jantung koroner, terlebih bila
kadar gula darah tidak dikontrol dengan baik. Dua pertiga penderita diabetes
meninggal karena penyakit jantung dan gangguan kardiovaskuler lainnya.
f)
Penuaan
Resiko penyakit jantung koroner meningkat seiring usia. Semakin tua,
semakin menurun efektivitas organ-organ tubuh, termasuk sistem
kardiovaskulernya. Lebih dari 80 persen penderita jantung koroner berusia di
atas 60 tahun. Laki-laki cenderung lebih cepat terkena dibandingkan perempuan,
yang risikonya baru meningkat drastis setelah menopause.
g)
Keturunan
Risiko Anda lebih tinggi bila orang tua Anda juga terkena penyakit
jantung koroner, terlebih bila mulai mengidap di usia kurang dari 60 tahun.
C.
Patofisiologi
Penyakit jantung koroner terjadi bila
ada timbunan (PLAK) yang mengandung lipoprotein, kolesterol, sisa-sisa jaringan
dan terbentuknya kalsium pada intima, atau permukana bagian dalam pembuluh
darah. Plak ini membuat intima menjadi kasar, jaringan akan berkurang oksigen
dan zat gizi sehingga menimbulkan infark, penyakit jantung koroner menunjukkan
gejala gizi terjadi infark miokard atau bila terjadi iskemia miokard seperti
angina pectori. Kolesterol serum dibawa oleh beberapa lipoprotein yang
diklasifikasikan menurut densitasnya. Lipoprotein dalam urutan densitas yang
meningkat adalah kilomikron. VLDL (Very Low Density Lopoprotein). LDL (low
Density Lipoprotein) dan HDL (High Density Lipoprotein) membawa hampir seluruh
kolesterol dan merupakan yang paling aterojenik. HDL menurunkan resiko penyakit
jantung ke hati, tempat kolesterol di metabolisme dan di ekskresikan. Orang
dewasa dapat diklasifikasikan sebagai beresiko penyakit jantung koroner
berdasarkan jumlah total dan kadar kolesterol LDL-nya (Moore, 1997).
D.
Pemeriksaan
Diagnostik
1.
Tes
Laboratorium
Tes laboraturium dilakukan untuk alasan berikut ini :
a.
Membantu
diagnosa infaks miokard akut (angina pectoris yaitu nyari dada akibat
kekurangan supla darah kejantung, tidak dapat ditegakkan dengan pemeriksaan
darah maupun urine).
b.
Mengukur
abnormalitas kimia darah yang dapat mempengaruhi proknosis pasien jantung
c.
Mengkaji
derajat proses radang.
d.
Skrining
factor resiko yang berhubungan dengan adanya penyakit arteri koronaria,
arteroklerotik.
e.
Menentukan
nilai dasar sebelum intervensi terapeutik
f.
Mengkaji
kadar serum obat.megkaji efek pengobatan (misalnya efek diuretika pada kadar
kalium serum).
g.
Krining
terhadap setiap abnormalitas. Karena terdapat berbagai metode pengukuran yan
berbeda. Maka nilai normal dapat berbada antara satu tes laboraturium dengan
tes lainnya.
2.
Enzim
jantung
Analisis enzim jantung dalam plasma merupakan bagian
dari profil diagnostic.Yang meliputi riwayat, gejala, dan
elekrokardiogram.Untuk mendignosa infaks miokard.enzim dilepaskan dari sel
mengalami cedera dan membrannya pecah.Kebanyakan enzim tidak sfesifik dalam
hubungannya dengan organ tertentu yang rusak.Namun berbagai isoenzim hanya
dihasilkan oleh sel miokardium dan dilepaskan bila sel mengalami kerusakan
akibat hipoksia lama dan mengakibatkan infark. Isoenzim bocor ke rongga
intrtisial miokardium da kemdian diankut ke peredaran darah umum oleh system
limfa dan peredaan koronaria, mengakibatkan peningkatan kadar dalam
darah.Karena enzim yang berbeda dilepaskan kedalam darah pada periode yang
berbeda setelah infark miokard. Maka sangat penting mengevaluasi kadar enzim
yang dihubungkan dengan waktu awitan nyeri dada atau gejala lainnya. Kreatinin
kinase(CK) dan isoenzimnya (CK-MB) adalah enzim paling spesifik yang dianalisa
untuk mendiagnosa infark jantung akut, dan merupakan enzim pertama yang
meningkat.
3.
Kimia
darah
Profil Lemak, kolestrol total, dan lipoprotein diukur
untuk mengevaluasi risiko aterosklerotik, khususnya ada bila riwayat keluarga
yang positif, atau untuk mndiagnosa abnormalias lipoprotein tertentu. Kolestrol
serum total yang meningkat di atas 200 mg/ml merupakan predictor peningkatan
risiko penyakit jantung koroner (CAD).
Elektrolit Serum, elektrolit serum dapat mempengaruhi
prognosis pasien dengan infark miokard akut atau setiap kondisi jantung.
Natriun serum mencermikan kseimbangan cairan relatip.Secara umum, hiponatremia
menunjukan kekurangan cairan.Kalsium sngat penting untuk koagulasi darah dan
aktivitas neuromuskuler Hipokalsemiar dan hiperkalsemia dapat menyebabkan
perubahan EKG dan disritania.
Nitrogen Urea Darah, nitrogen urea darah (BUN) adalah
produk akhir metabolisme potein dan diekskresikan oleh ginjal. Pada pasien
jantung peningkatan BUN dapat mencermikan penurunan perpusi ginjal akibat
penurunan curah jantung atau pengurangan volume cairan intravaskuler akibat
terapi diureakan.
Glukosa, glukosa serum harus dipantau karena
kebanyakan pasien jantung juga menderita serum diabetes mellitus. Glukosa serum
sedikit meningkat pada keadaan stress akibat mobilisasi epinetrin endogen yang
menyebabkan konversi glikogen hepar menjadi glukosa.
4.
Sinar-X
dada dan fluoruskopi
Pemeriksaan sinar-x dilakukan untuk menetukan ukuran.Kontur dan posisi
jantung.Pemeriksaan ini dapat memperlihatkan adanya kalsitikasi jantung dan
pericardial dan menunjukan adanya perubahan fisiologis sirkulasi pulmonary. Pemeriksaan
ini tidak membantu diagnosa infark miokard akut, namun dpat menguatkan adanya
komplikasi tertentu (misalnya, gagal jantung kongestif ). Pemasanga kateter,
seperti pacu jantungtau kateter arteri pulmonal dapat juga dilihat dilihat
melalui pemeriksan sinar-x.
5.
Elektrokardiografi
Elektrokardiogram (EKG) mencermikan aktivitas listrik jantung yang
disadap dari berbagai sudut pada permukaan kulit.
E.
Penatalaksanaan
1.
Nitrat
2.
Obat
pertama dipilih untuk mengurangi angina pectoris
3.
Penghambat
beta-adrenergik dan agen penyekat saluran kalsium. Jika nitrat gagal untuk mengontrol serangan.
4.
Modifiksi
diet (mengurangi makan yng mengandung lemak dan rendah kolesterol)
5.
Obat-obatan
penirunan lemak dalam serum jika tindakan diet gagal dalam mempertahankan kadar
kolesterol dalam darah kurang dari 200mg/dL;
·
agen
yang membatasi produksi lipoprotein, yaitu asam nikotinik (niacin) dan
klofibrat (Atromi-S)
·
agen
yang mempercepat pembuangan lipoprotein, yaitu kolestiramin (Questran)
F.
Pengobatan
Pengobatan penyakit jantung
koroner tergantung jangkauan penyakit dan gejala yang dialami pasien.
1.
Perubahan Gaya
Hidup
Pola makan sehat dan seimbang,
dengan lebih banyak sayuran atau buah-buahan, penting untuk melindungi arteri
jantung kita. Makanan yang kaya lemak, khususnya lemak jenuh, dapat
mengakibatkan kadar kolesterol tinggi, yang merupakan komponen utama kumpulan
yang berkontribusi terhadap penyempitan arteri jantung.
Olah raga
teratur berperan penting untuk menjaga kesehatan jantung. Olah raga membantu
kita untuk menjadi fit dan membangun system sirkulasi yang kuat. Ini juga
membantu kita menurunkan berat badan. Obesitas biasanya tidak sehat, karena
mengakibatkan insiden hipertensi, diabetes mellitus, dan tingkat lemak tinggi
menjadi lebih tinggi, semua yang dapat merusak arteri jantung.
2.
Pengendalian factor
resiko utama penyakit jantung koroner
Diabetes melitus, merokok,
tingkat kolesterol tinggi, dan tekanan darah tinggi adalah empat faktor utama
yang mengakibatkan resiko penyakit jantung koroner lebih tinggi.
Pengendalian keempat factor resiko utama ini dengan baik melalui perubaha gaya hidup dan/atau obat-obatan dapat membantu menstabilkan progresi atherosklerosis,dan menurunkan resiko komplikasi seperti serangan jantung.
Pengendalian keempat factor resiko utama ini dengan baik melalui perubaha gaya hidup dan/atau obat-obatan dapat membantu menstabilkan progresi atherosklerosis,dan menurunkan resiko komplikasi seperti serangan jantung.
3.
Terapi Medis
Berbagai obat-obatan membantu pasien dengan penyakit arteri jantung. Yang paling umum diantaranya:
Berbagai obat-obatan membantu pasien dengan penyakit arteri jantung. Yang paling umum diantaranya:
·
Aspirin / Klopidogrel / Tiklopidin.
Obat-obatan ini mengencerkan darah dan mengurangi kemungkinan gumpalan darah terbentuk pada ujung arteri jantung menyempit, maka dari itu mengurangi resiko serangan jantung.
Obat-obatan ini mengencerkan darah dan mengurangi kemungkinan gumpalan darah terbentuk pada ujung arteri jantung menyempit, maka dari itu mengurangi resiko serangan jantung.
·
Beta-bloker (e.g.
Atenolol, Bisoprolol, Karvedilol).
Obatan-obatan ini membantu untuk mengurangi detak jantung dan tekanan darah, sehingga menurunkan gejala angina juga melindungi jantung.
Obatan-obatan ini membantu untuk mengurangi detak jantung dan tekanan darah, sehingga menurunkan gejala angina juga melindungi jantung.
·
Nitrates (e.g. Isosorbide Dinitrate).
Obatan-obatan ini bekerja membuka arteri jantung, dan kemudian meningkatkan aliran darah ke otot jantung dan mengurangi gejala nyeri dada. Bentuk nitrat bereaksi cepat, Gliseril Trinitrat, umumnya diberikan berupa tablet atau semprot di bawah lidah, biasa digunakan untuk penghilang nyeri dada secara cepat.
Obatan-obatan ini bekerja membuka arteri jantung, dan kemudian meningkatkan aliran darah ke otot jantung dan mengurangi gejala nyeri dada. Bentuk nitrat bereaksi cepat, Gliseril Trinitrat, umumnya diberikan berupa tablet atau semprot di bawah lidah, biasa digunakan untuk penghilang nyeri dada secara cepat.
·
Angiotensin-Converting Enzyme Inhibitors (e.g. Enalapril, Perindopril)
and Angiotensin Receptor Blockers (e.g. Losartan, Valsartan).
Obatan-obatan ini memungkinkan aliran darah ke jantung lebih mudah, dan juga membantu menurunkan tekanan darah.
Obatan-obatan ini memungkinkan aliran darah ke jantung lebih mudah, dan juga membantu menurunkan tekanan darah.
·
Obatan-obatan penurun lemak (seperti Fenofibrat, Simvastatin,
Atorvastatin, Rosuvastatin).
Obatan-obatan ini menurunkan kadar kolesterol ‘jahat’ (Lipoprotein Densitas-Rendah), yang merupakan salah satu penyebab umum untuk penyakit jantung koroner dini atau lanjut. Obat-obatan tersebut merupakan andalan terapi penyakit jantung koroner.
Obatan-obatan ini menurunkan kadar kolesterol ‘jahat’ (Lipoprotein Densitas-Rendah), yang merupakan salah satu penyebab umum untuk penyakit jantung koroner dini atau lanjut. Obat-obatan tersebut merupakan andalan terapi penyakit jantung koroner.
BAB
III
Asuhan
Keperawtan
No
|
Diagnosa
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
|
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan
peningkatan permeabilitas alveoli.
|
Kaji bunyi paru, frekuensi napas,kedalaman dan usaha.
Pantau saturasi O2dengan oksimeter nadi.
Pantau status mental ex : tngkat kesadaran.
|
Gangguan pertukaran gas akan terkurangi yang dibuktikan dengan status
pernapasan : pertukaran gas dan status pernafasan : ventilasi tidak
bermasalah.
|
2.
|
Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
oksigen miokard.
Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan nafsu makan.
|
Bantu pasien/keluarga untuk memonitor sendiri kemajuannya terhadap
tujuan yang ingin dicapai.
Bantu dengan aktifitas fisik teratur, ex
:ambulansi, transfer, berpindah dan perawatan pribadi (sesuai kebutuhan).
|
Pasien mampu aktif untuk memulai dan memelihara aktifitas dan mampu
beraktivitas.
|
3.
|
Menurun sekunder terdadap pola nafas yang tidak
efektif.
|
Mempertahankan berat badan.
Menjelaskan komponen keadekuatan diet bergizi
|
Bantuan menaikkan berat badan : fasilitasi pencapaian kenaikan berat
badan.
Tentukan motivasi pasien untuk mengubah kebiasaan makan.
Timbang pasien pada interval yang tepat.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar